Satu bulan yang lalu. Tepatnya tanggal 23 November 2013, kau dan aku memutuskan bersama. Ah, mungkin kalimatku salah. Tanggal 23 November 2013, aku bertindak bodoh dengan menjawab pertanyaan main-mainmu. Iya, satu bulan yang lalu, kupikir kau bahagia. Tapi nyatanya itulah pecahan terbesar dalam hubungan yang sudah retak di sana-sini ini. Tanggal 23 November, tahunnya masih sama. Kau mulai menyangsikan hubungan ini. Kau mulai merasa ada yang tak seharusnya. Tanggal 23 November, aku memulai lukaku sendiri.
Satu bulan yang lalu. Beberapa jam setelah kita memutuskan bersama, aku menangis sejadi-jadinya. Satu bulan yang lalu, aku menyadari sesuatu yang menambah sesak di dadaku. Satu bulan yang lalu, aku menyadari satu hal yang tak pernah ku tahu tentang perasaanmu. Satu bulan yang lalu, aku melihat bayangan luka yang siap datang. Satu bulan yang lalu, aku merasakan bayang-bayang perpisahan yang menyakitkan. Satu bulan yang lalu, di setiap malamnya, aku menangis terisak. Satu bulan yang lalu, aku merasakan kesepian yang menyiksa.
Satu bulan yang lalu. Beberapa jam setelah kita bersama, aku mulai menyesal. Bukan, aku tak pernah menyesal mencintaimu. Aku menyesal menjawab pertanyaanmu yang ternyata hanya gertakan. Aku menyesal kau tak pernah mencintaiku. Satu bulan yang lalu, entah apa yang ada di pikiranmu. Satu bulan yang lalu kau meninggalkanku. Satu bulan yang lalu, kau mulai membiasakan diri tanpaku. Satu bulan yang lalu, kau mendapatkan mainan baru. Satu bulan yang lalu, perlahan tapi pasti, kau hapus namaku.
Satu bulan sudah. Satu bulan yang lalu. Satu bulan lamanya. Entah lebih pantas disebut apa. Tapi satu bulan yang lalu, aku sangat mencintaimu. Satu bulan yang lalu, kau adalah segalaku. Satu bulan yang lalu, status kita membawa luka yang tak kunjung sembuh. Satu bulan yang lalu, segala hal tentangmu selalu jadi perhatianku. Satu bulan yang lalu, aku selalu menahan tangis saat melihat aktivitasmu di sudut dunia maya;dunia seratus empat puluh karakter.
Satu bulan yang lalu, aku sudah mencintaimu. Satu bulan yang lalu, kau mengukuhkan pada dirimu betapa tak ada ketulusan dalam diriku dalam mencintaimu. Kau salah, bukan hanya status yang aku harapkan, tapi CINTA ! Aku sangat mengharapakan cinta dalam dirimu, kasih darimu. Aku tak minta apapun;hanya cinta. Kau menghakimi diriku, menjadikanku tersangka atas semua luka yang ada. Kau benar-benar tak seperti dirimu yang dulu. Aku tak mengerti apa, bagaimana, kenapa kau bisa berpikir seperti itu?
Aku memmang ingin menu njukan status kita yang mengalami perkembangan. Karena aku ingin membuatmu percaya, tak ada yang lain selain dirimu. Tapi kau melihat itu semua dengan hal jahat yang entah kenapa ada di tempurung kepalamu itu. Aku tak pernah ngin membencimu. Aku hanya ingin tenang walau tanpamu. Tapi sikapmu, kau benar-benar membuatku tercengang dengan semua hal yang kau tunjukan padaku setelah kita berpisah.
Satu bulan yang lalu. Tanggal 23 November 2013, aku mencoba membuka hatiku, berharap menemukan kebahagiaan bersamamu. Satu bulan yang lalu, aku mendapati diriku masuk dalam jurang yang lebih dalam lagi. Satu bulan yang lalu, aku mendapati hatiku terkoyak. Satu bulan. Sudah satu bulan aku terluka atas perasaanku.
Sudah satu bulan apakah kau masih memikirkanku? Sudah atu bulan, tidakkah sekalipun kau merindukanku? Satu bulan mu, menyenangkan kah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar