Kamis, 16 Januari 2014

Satu Bulan ( 23 Desember 2013 )

Satu bulan. Harusnya hari ini kita merayakan hari jadi kita untuk bulan yang pertama, bulan yang harusnya menjadi awal yang indah. Satu bulan, tapi rasanya seperti  tahun. Satu bulan yang penuh perjuangan. Satu bulan yang terasa amat menyakitkan. Satu bulan yang setiap detiknya terasa seperti satu jam, satu jamnya terasa seperti satu hari, dan setiap harinya terasa seperti satu minggu. Satu bulan. Satu bulan yang penuh pelajaran.

Satu bulan yang lalu. Tepatnya tanggal 23 November 2013, kau dan aku memutuskan bersama. Ah, mungkin kalimatku salah. Tanggal 23 November 2013, aku bertindak bodoh dengan menjawab pertanyaan main-mainmu. Iya, satu bulan yang lalu, kupikir kau bahagia. Tapi nyatanya itulah pecahan terbesar dalam hubungan yang sudah retak di sana-sini ini. Tanggal 23 November, tahunnya masih sama. Kau mulai menyangsikan hubungan ini. Kau mulai merasa ada yang tak seharusnya. Tanggal 23 November, aku memulai lukaku sendiri.

Satu bulan yang lalu. Beberapa jam setelah kita memutuskan bersama, aku menangis sejadi-jadinya. Satu bulan yang lalu, aku menyadari sesuatu yang menambah sesak di dadaku. Satu bulan yang lalu, aku menyadari satu hal yang tak pernah ku tahu tentang perasaanmu. Satu bulan yang lalu, aku melihat bayangan luka yang siap datang. Satu bulan yang lalu, aku merasakan bayang-bayang perpisahan yang menyakitkan. Satu bulan yang lalu, di setiap malamnya, aku menangis terisak. Satu bulan yang lalu, aku merasakan kesepian yang menyiksa.

Satu bulan yang lalu. Beberapa jam setelah kita bersama, aku mulai menyesal. Bukan, aku tak pernah menyesal mencintaimu. Aku menyesal menjawab pertanyaanmu yang ternyata hanya gertakan. Aku menyesal kau tak pernah mencintaiku. Satu bulan yang lalu, entah apa yang ada di pikiranmu. Satu bulan yang lalu kau meninggalkanku. Satu bulan yang lalu, kau mulai membiasakan diri tanpaku. Satu bulan yang lalu, kau mendapatkan mainan baru. Satu bulan yang lalu, perlahan tapi pasti, kau hapus namaku.

Satu bulan sudah. Satu bulan yang lalu. Satu bulan lamanya. Entah lebih pantas disebut apa. Tapi satu bulan yang lalu, aku sangat mencintaimu. Satu bulan yang lalu, kau adalah segalaku. Satu bulan yang lalu, status kita membawa luka yang tak kunjung sembuh. Satu bulan yang lalu, segala hal tentangmu selalu jadi perhatianku. Satu bulan yang lalu, aku selalu menahan tangis saat melihat aktivitasmu di sudut dunia maya;dunia seratus empat puluh karakter.

Satu bulan yang lalu, aku sudah mencintaimu. Satu bulan yang lalu, kau mengukuhkan pada dirimu betapa tak ada ketulusan dalam diriku dalam mencintaimu. Kau salah, bukan hanya status yang aku harapkan, tapi CINTA ! Aku sangat mengharapakan cinta dalam dirimu, kasih darimu. Aku tak minta apapun;hanya cinta. Kau menghakimi diriku, menjadikanku tersangka atas semua luka yang ada. Kau benar-benar tak seperti dirimu yang dulu. Aku tak mengerti apa, bagaimana, kenapa kau bisa berpikir seperti itu?

Aku memmang ingin menu njukan status kita yang mengalami perkembangan. Karena aku ingin membuatmu percaya, tak ada yang lain selain dirimu. Tapi kau melihat itu semua dengan hal jahat yang entah kenapa ada di tempurung kepalamu itu. Aku tak pernah ngin membencimu. Aku hanya ingin tenang walau tanpamu. Tapi sikapmu, kau benar-benar membuatku tercengang dengan semua hal yang kau tunjukan padaku setelah kita berpisah.

Satu bulan yang lalu. Tanggal 23 November 2013, aku mencoba membuka hatiku, berharap menemukan kebahagiaan bersamamu. Satu bulan yang lalu, aku mendapati diriku masuk dalam jurang yang lebih dalam lagi. Satu bulan yang lalu, aku mendapati hatiku terkoyak. Satu bulan. Sudah satu bulan aku terluka atas perasaanku.

Sudah satu bulan apakah kau masih memikirkanku? Sudah atu bulan, tidakkah sekalipun kau merindukanku? Satu bulan mu, menyenangkan kah?

Selasa, 03 Desember 2013

Pertemuan Singkat


hatiku berbunga, bahagia
saat ku tahu kita kan berjumpa
senyum yang selalu menghiasi wajah
terbayang sebuah hal indah bersama
aku tak sabar ingin berjumpa
menatap wajahmu yang aku rindukan
menyentuh tanganmu yang hangat
mendamba sentuhanmu yang lembut
lalu ku tunggu kau datang
menunggu dengan hati berdebar
aku tak sabar ingin berjumpa
aku bahagia!
tak perlu ku tunggu lama
kau sudah datang
duduk di sampingku
tanpa berkata kata
sungguh, aku ingin mendekapmu !
aku diam, menunggu kau bicara
namun mengapa kau tak juga bicara
kau hanya diam seribu bahasa
tanpa kata kata di antara kita
sikapmu dingin sekali
tak kurasakan kehangatanmu lagi
lalu kau beranjak pergi
aku tak bisa mencegahmu
aku terlalu hanyut dalam kepedihanku
pedih karena sikapmu
dan saat kau berkata, "aku pergi"
air mataku tak tertahan lagi,
semua kebahagiaan itu hilang
musnah bersama dengan kepergianmu
sakit hatiku tak terkira
sebuah pertemuan singkat ini meluluh lantakkan aku !

Di saat Aku Mencintai

Disaat aku bisa mencintai seseorang dari kekurangannya, kenapa ia harus pergi ? Kenapa tak bisa ku milikinya lebih lama ? Apakah ia tak bisa mencintaiku dengan kekurangan-kekuranganku ? Sehingga ia memilih untuk pergi ?
Disaat aku mulai merasa tak ada kebahagiaan yang lebih sempurna selain saat aku bersamanya, dia memilih melepaskan genggaman tangannya, ia memilih untuk berbalik dan berjalan meninggalkanku . Sementara itu aku masih tetap berdiri di persimpangan jalan . Aku terpaku mencoba memahami apa yg ia rasa .
Mataku memandang jauh ke bayang-bayang masa lalu . Saat dirinya masih milikku . Tapi sesaat aku merasa sesak di dadaku . Aku tak bisa ! Namun aku masih tetap berdiri terpaku . Mataku mulai basah . Ku ingat lagi, lagi dan lagi .
Aku terisak . Aku terus berpikir hingga aku sampai pada satu kesimpulan . DIA TAK PERNAH MENCINTAIKU . Tak pernah . Ku putuskan untuk berhenti menangis . Takkan ku biarkan air mataku jatuh untuknya lagi .

Cinta Diamku

kini aku termenung
mencoba menahan kerapuhan diriku
sepi yang kini temani aku
dalam kesendirianku tanpamu

kenapa selalu begini?
saat aku mulai membuka hati
saat aku mulai mencintai
dan saat aku mulai menyayangi

aku menginginkanmu disini
walau aku tau rasanya sulit sekali
aku tak ingin kau pergi
meski hati telah kau sakiti

namun kini aku harus memendam dalam-dalam rasa ini
rasa ingin memiliki dan dimiliki
karena aku sadar, kau tak menyimpan rasa lagi
dan kini biarlah aku sendiri

akan ku nikmati sendiri rasaku
rasa yang tak bisa kau tau
dan biarkan aku menunggu dalam diamku
cinta ini, cinta diamku

Cinta yang Meningggalkanku

Aku tak habis pikir, kenapa aku begitu kekeuh mempertahankanmu . Aku tak bisa menjelaskan kenapa rasa sayangku bisa memaafkan segala kesalahanmu dan bersikap seolah tak pernah terjadi apa-apa . 
Aku merasa kamulah segalaku, ku tempatkan kamu di singgasana paling tinggi di hatiku . Tanpa prasangka, tanpa curiga . Aku menjaga perasaanku dengan sangat hati-hati . 

Walaupun di awal perkenalan kita, tak sedikitpun aku merasa lebih . Tapi rasa sayang yang kau ajarkan padaku perlahan-lahan mampu membuatku hilang kesadaran . Aku begitu menyukaimu, aku sangat menyayangimu . Tak pernah aku inginkan pertengkaran, apalagi perpisahan . Tapi, tak ada satu pun hubungan yg luput dari pertengkaran . Begitu pula hubungan ini, yang juga tak luput dari pertengkaran . 

Perkenalan kita begitu singkat, begitu apa adanya . Kita bertemu di rumah sakit, di mana ibuku dan ibumu sama-sama dirawat di sana . Kau bilang, kau menyukaiku sejak pertama matamu bertemu mataku . Love at first sight ya ? Yayaya, dulu aku hanya tersenyum malu mendengar pengakuanmu . Kita mulai sering bercakap, di dunia nyata, maupun melalui bantuan teknologi yg sudah semakin maju sekarang . Betapa kata kata sanjunganmu berhasil membuat jutaan kupu-kupu menggelitik perutku, membawaku terbang bersamanya . 

Aku mulai belajar menyukaimu, dan kamu pun telah bersedia untuk menunggu . Aku mulai membuka pintu hatiku untukmu, mempersilahkan kamu memasukinya dengan amat mudah . Aku begitu percaya kali ini aku tak mungkin salah ; aku begitu meyakinimu . Perlahan, aku mulai menyadari bahwa ada yang berbeda setiap kali kau terlambat membalas bbm'ku . Ada yang berbeda saat aku ada di sampingmu . Dan ada yang berbeda saat kamu tak di sampingku . 

Dan kamu tetap menunggu, masih menunggu . Kau bercerita padaku betapa mantan kekasihmu berharap kau kembali . Aku tak suka mendengarnya, aku tak mau kau menyebut namanya di depanku . Ada yang memberontak dalam hatiku ; aku cemburu . Itulah saat pertama aku merasa cemburu padamu, yang berarti ; aku menyukaimu . Yayaya, aku sudah bisa menyukaimu . 

Dan sampai suatu hari kau memutuskan, kini kau dan aku sudah menjadi kita . Ya, aku sangat bahagia saat itu, walau sebenarnya aku juga terluka . Karena kau bilang, yg tahu tentang kita hanya aku dan kamu. Tapi saat itu, kupikir itu takkan jadi masalah, perasaan ganjilku segera ku tepis . Aku tak boleh berprasangka buruk terhadapmu bukan ? Karena aku menyayangimu dan aku meyakinimu ; amat meyakinimu . Atau mungkin, karena aku terlalu takut akan membuatmu marah . Sungguh, aku tak ingin menyinggungmu sedikitpun . 

Tiba-tiba malam itu kau mengirimiku BBM, yang tanpa ku tahu kenapa, kau marah . Ya Tuhan, hal yang paling ku hindari terjadi . Lalu tanpa babibu kau mendelete kontak bbm'ku . Aku gamang, aku tak tahu apa yang terjadi, kenapa kau begitu marah ? Aku tak ingin kau marah, demi apapun ! Tapi sekarang kamu marah, dan aku tak tahu aku harus bagaimana ! Ya Tuhan, bulir air mata tak dapat lagi kutahan, air mata yg ku kira tak akan pernah lagi keluar . 

Tadinya kupikir ini semua salahku, tapi aku salah, Sayang, kamu memang tak pernah benar-benar menyayangiku . Kamu tak pernah benar-benar menginginkanku ! Yaya, aku bisa mengerti, aku amat sangat mengerti . Silahkan kau pergi, bahagialah dengan pilihanmu . Aku sudah terbiasa ditinggalkan . Aku sudah terbiasa berjalan sendiri . Kuatkan aku ya Tuhan :' 

Belajar Merelakanmu

Aku menulis ini saat hatiku sedang hancur hancurnya . Beberapa menit setelah kau ucap perpisahan . Aku masih tak habis pikir, kenapa kau tak juga mengerti apa yg ku mau ? Aku masih tak menduga, saat kita bisa sedekat itu, justru itulah kemesraan terakhir kita . 

Masih ingat siang tadi, saat kau bisikkan kata sayang di telingaku ? Saat kau dengan lembutnya mencium pipiku ? Saat kau dengan mantapnya menggenggam tanganku ? Tak berarti apa apa kah semua itu ? Kau anggap angin lalu kah kebersamaan itu ? 

Aku tau, mungkin aku yg terlalu kekanakkan . Aku masih belum mengerti, saat kau dengan jelasnya berkata komitmen ini hanya di antara kita . Tak akan kau umbar di dunia maya, dan di hadapan mereka . Aku terlalu asik dengan ketakutanku sendiri, ketakutan untuk kehilangan sosokmu yg baru saja kembali . 

Tidakkah kau pahami ? Aku takut kau tinggalkan lagi . Bukankah kau pernah berkata, tak ada yg tau hubungan ini selain kau dan aku ? Ya, tentu saja kau ingat . Karena kau yg memutuskan hal itu . Dan aku, seperti biasa aku hanya bisa menurut . 

Kau sering bercerita tentang mantan kekasihmu yg masih mengharapkanmu bukan ? Aku takut, mereka akan semakin berusaha mendekatimu saat kau katakan bahwa kau masih sendiri . Yayaya, aku tau aku terlalu kekanakkan, pikiranku terlalu pendek . 

Tapi yasudahlah, untuk apa aku bercerita panjang lebar ? Toh, kau sudah putuskan, kau sudah tegaskan . Aku wanita, aku harus bisa menjaga harga diriku jauh lebih dalam . Dan km, sudah seharusnya aku merelakanmu . 

Gerimis dan Kita

Aku menatap gerimis yang begitu indah, begitu halus . Romantis . Aku selalu bilang padamu kan ? Aku sangat menyukai gerimis . Dan kau bilang, kau pun sama ; sama-sama menyukai gerimis sepertiku . Aku masih ingat, betapa kita pernah tertawa bahagia di bawah rintik gerimis sore itu . Betapa kita pernah memiliki gerimis berdua . 

Sekarang, aku menangis menatap setiap tetes air yang jatuh dari langit . Karena aku hanya sendiri di sini, menatap gerimis yang pernah menjadi penyatu kau dan aku . Aku hanya bisa memandang tempat di sampingku, tempat di mana biasanya kau duduk berlama-lama denganku, menggenggam tanganku, bercerita banyak hal denganku, dan tentu saja menikmati gerimis bersamaku . Yayaya, bahagia memang dulu, kini tempatmu kosong, tak ada kau, tak ada genggamanmu, juga hadirmu . 

Sudah satu tahun, dan semua itu seperti baru terjadi kemarin . Sudah satu tahun, dan aku selalu merasakan kepedihan yang sama saat bersama gerimis . Luka ini masih basah, hati ini masih retak . Aku tak mengerti, kenapa semua yang dulu indah, jadi amat menyedihkan seperti saat ini ? Satu tahun harusnya jadi waktu yang cukup untuk melupakanmu . Namun yang terjadi, satu tahun aku masih tetap menunggu . Satu tahun aku masih tetap berharap dalam gerimis akan ku lihat kau di kejauhan berjalan semakin dekat dan merangkulku kembali dalam pelukmu . 

Entah berada di mana dirimu sekarang . Entah sudah berapa banyak gadis yang kau bahagiakan . Nyatanya, aku hanya tahu satu hal sampai saat ini . Bahwa aku masih kau bahagiakan, bukan oleh pelukmu, bukan dengan hadirmu . Melainkan oleh kenanganmu, kenangan yang setidaknya pernah kau berikan untukku . Kenangan yang selalu membuatku bahagia saat mengingatnya . 

Kau tahu ? Sudah satu tahun, namun hanya namamu yang selalu ku rapal dalam setiap do'a . Hanya wajahmu yang temaniku dalam suka dan duka . Selalu kerinduan padamu yang kuceritakan pada Tuhan . Selalu tentangmu yang ku larung di lautan lepas . Semuanya masih tentang kamu. 

Dalam kesendirianku, dalam kesepianku, hanya kamu. Ya, kamulah satu-satunya makhluk Tuhan yang selalu ada dalam hidupku . Satu tahun yang lalu, satu tahun yang akan datang, dan entah berapa tahun yang akan datang . Maaf, jika dalam kesendirian, aku selalu mengharapkanmu kembali ku dekap . 

Aku hanya ingin mengatakan bahwa, tepat satu tahun ini . Bersama gerimis, aku merindukanmu ...